Koneksi Antar Materi
CGP_Denpasar_ Kadek Yuliantari
Coaching
Coacing merupakan bentuk
kemitraan Bersama klien(coacee) yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi
pribadi dan fropesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Ada empat komponen dasar seorang
coace antara lain:
1.
Ketrampilan membangun dasar proses coacing
2.
Ketrampilan membangun hubungan baik
3.
Ketrampilan berkomunikasi
4.
Kertampilam memfasilitasi pembelajaran
Empat ketrampilam
dasar seorang coace ini yang seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika
memerankan diri sebagai coace untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Selain itu seorang coach juga
harus memiliki prinsip komunikasi yang baik, karena ada empat dasar utama yang
mendasari prinsif komunikasi antara lain: Hubungan saling mempercayai, Mengunakan
data yang benar, Bertujuan menuntun para pihak untuk mengoptimalkan potensinya
dan merencanakan tindak lanjut atau aksi yang akan dilakukan. Dalam kegiatan
coaching seorang coach juga harus memperhatikan empat aspek komunikasi untuk
coacing antara lain:
1.
Komunikasi Asertif
Dalam coacing sebagai seorang coace kita
akan mengendaki adanya hasil yang dicapai dan ada kalanya coacee kita merasa
tidak suka atau merasa ragu bahkan tertekan dengan komunikasi yang hendak
dibangun. Pemahaman asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman
2.
Pendengar Aktif
Berilah perhatian penuh pada lawan bicara
kita dalam menyampaikan pesan. Dengarkan dengan baik coachee saat berbicara dan
tidak memotong pembicaraan coachee
3.
Bertanya Efektif
Hindari pertanyaan yang dapat menghambat
keberhasilan coachee dalam proses coaching.
Pertanyaan yang mengarahkan sehingga siswa
kita mampu menjawab sesuai yang diharapkan
4.
Umpan Balik Positif
Coaching bertujuan untuk membangunpotensi
yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berpikir kritis
Coacing model TIRTA dibangun
dengan semangat merdeka belajar yang dapat menuntun guru untuk memiliki
ketrampilan coaching. Hal ini sangat penting mengingat tujuan coaching yaitu
untuk membangkitkan potensi yang ada dalam diri siswa agar mereka dapat
berpikir kritis dan menjadi lebih merdeka. Melalui coacing model TIRTA
diharapkan seorang guru dapat melakukan praktek coaching dalam komunitas
sekolah dengan mudah.
TIRTA
T = Tujuan Utama
I = Identifikasi
R = Rencana Aksi
TA = TAngung jawab
Tujuan Utama
Dalam tujuan utama, beberapa hal
yangdapat dilakukan coach rancang dan dapat ditanyakan pada coachee adalah:
a.
Apa rencana pertemuan?
b.
Apa tujuannya?
c.
Apa tujuan dari pertemuan ini?
d.
Apa tujuan akhir yang ingin dicapai?
e.
Apa ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Identifikasi
Dalam kegiatan identifikasi
disini kita menggali apa yang dialami coahee dan apa potensi yang dimiliki
coachee. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada coachee antara lain:
a.
Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
b.
Dari skala 1-10, dimanakah posisi kamu sekarang
dalam mencapai tujuan kamu?
c.
Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan?
d.
Peluang/kemungkinan apa yang bias kamu ambil?
e.
Apa hambatan dan ganguna yang dapat menghalangi
kamu dalam merai tujuan?
f.
Apa solusinya?
Rancangan Aksi
Dalam kegiatan rancangan aksi ini
berkaitan apa tindakan yang dapat diambil seorang cochee untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi agar coachee bias berpikir kritis dalam menghadapi
permasalahan yang dialami. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada coachee
antara lain:
a.
Apa rencanamu dalam mencapai tujuan?
b.
Adalah proiritas?
c.
Ada strategi untuk itu?
d.
Bagaimana jangka waktunya?
e.
Apa yang menjadi ukuran keberhasilan rencana
aksi nyata
f.
Bagaimana cara kamu mengantisipasi ganging?
Tangung Jawab
Kegiatan untuk tangung jawab
seorang coache merupakan tahap akhir untuk membuat, kesimpulan dari sesi
soaching. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan pada coachee antara lain:
a.
Apa komitnen kamu terhadap rencana aksi?
b.
Siapa yang dapat dilibatkan membantu kamu dalam
menjaga komitmen?
c.
Bagaimana tindak lanjut dari sesi coach?
Keterkaitan Coace
dengan pembelajaan berdiferensiasi
Meniliki tujuan yang sama umtuk
membangkitkan potensi dalam diri agar dapat berpikir lebih kritis dan menciptakan
lingkungan yang merdeka belajar sesuai dengan profil belajar, minat, bakat dan
kesiapan belajar dengan mengali potensi yang ada dalam diri siswa. Melalui
model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktek coaching dalam mengali dan
membangkitkan potensi yang ada dalam diri komunitas sekolah untuk membangkitkan
cara berpikir kritis yang ada didalam diri untuk menyelesaikan permasalahan
yang dialami.
Keterkaitan coaching dengan pembelajaran ketrampilan
social emosional
Coaching sangat berkaitan dengan
social emosional karena paa saat coaching seorang coach dituntut untuk
memiliki 5 kopetensi dasar ketrampilan
social emosional yaitu: kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social,
ketrampilan social, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab untuk
membimbing dan mengarahkan coachee dalam mengali potensi dalam diri dengan
kegiatan rutin yang terintegrasi pada mata pelajaran dan protocol.
Coacing merupakan sebuah kegiatan
komunikasi yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangakn potensi
yang dimilikinya untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar
hidunya menyadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari
proses coaching karena pendekatan dan
Teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses untuk mendorong seorang
cochee dalam menemukan jawaban dari dalam dirinya terhadap apa yang menjadi
permasalahannya. Cara coacing ini sangat penting bagi seorang guru untuk membangkitkan
keyakinan pada diri seseorang untuk
dapat memecahkan setiap permasalahan yang terjadi dan melatih diri untuk
berpikir kritis dalam menghadapi setiap tantangan yang ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran berdiferensiasi, ketrampilan sosial emosional dengan
coaching model TIRTA sangatlah penting untuk dikuasai dan diterapkan oleh
seorang guru dalam memdidik siswa dan ketiganya memiliki kaitan yang sangat
erat dan tidak dapat dipisahkan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada
siswa dan membela hak siswa untuk mendapatkan pendidikan yang merdeka belajar,
agar dapat tercipta siswa yang memiliki profil pelajar Pancasila.